ETNOBOTANI-LINGUISTIK UBIJALAR (Ipomoea batatas L.) DALAM KEHIDUPAN BERTANI SUKU MEE DI DISTRIK DOGIYAI KABUPATEN DOGIYAI

  • Masniar Masniar Staf Pengajar pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire
Keywords: Teknik Budidaya, Pemanfaatan, Ubijalar, Kearifan Lokal

Abstract

Ubijalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu sumber makanan pokok yang
penting sebagai pengganti padi bagi masyarakat suku Mee, ubijalar digunakan sebagai makanan
pokok manusia dan pakan ternak. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kearifan lokal
masyarakat tentang budidaya dan pemanfaatan ubijalar serta pengaruh program pemerintah
terhadap teknik budidaya ubijalar yang dilakukan masyarakat. Penelitian dirancang dengan
menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei dan observasi lapang. Penentuan
responden menggunakan purposive sampling Dari hasil penelitian di ketahui bahwa aspekaspek
teknik budidaya ubijalar yang memiliki nilai kearifan lokal adalah: a) Penyiapan bahan
tanam; tidak mengambil stek dari tempat lain tetapi dari tempat tertentu dengan tujuan menjaga
kemurnian aksesi yang mereka budidaya (konservasi), b) Pengolahan tanah; tanah yang diolah
oleh responden dilakukan secara minimal untuk mengurangi kerusakan sifat fisik tanah, c)
Pembuatan bedengan; arah bedengan mayoritas memanjang utara ke selatan, d) Pemupukan:
pupuk yang digunakan berasal dari hasil pembabatan yang berupa rumput dan daun-daun, e)
Pembuatan saluran drainase; drainase dibuat cukup dalam agar dapat menampung air dalam
jumlah banyak sehingga lahan tidak tergenang karena curah hujan yang tinggi dan f)
Pengendalian hama dan penyakit: dilakukan tanpa menggunakan pestisida, g) Panen: dilakukan
secara bergilir disesuaikan dengan umur tanaman dengan tujuan menjamin ketersediaan pangan.
Belum adanya diversifikasi pemanfaatan ubijalar oleh masyarakat yang dapat meningkatkan
nilai tambahnya. Saat ini pemanfaatannya hanya terbatas yaitu dibakar, direbus dan digoreng
serta untuk pakan ternak. Tahapan teknik budidaya yang dilakukan oleh masyarakat sesuai
program pemerintah hanya sebesar 27,28% sedangkan tahapan yang dilakukan secara
tradisional sebesar 72,72%.

Published
2016-11-01